fikirku melaju pada terlewatnya masa pada suatu kisah
ketika itu hati bagai tanpa makna rasa
kepolosannya terlalu menatap lurus kebaikan masa depan
dan nyanyian asmara bagai kereta hati tak bersuara
dan ketika kertas mulai menuntun pena tuk menata bait-bait kehangatan hati,
ketulusannya berulang melangkah perlahan menyisiri jalan yang mungkin terbuka
meski ramahnya jiwa tlah menuntun kertas tuk menyusun buku cinta,
namun lembaran-lembaran kertas dalam buku itu bagai naskah lekang pada cerminan diri
kemudian waktu berarak menelan ingatan hati
ketika layar menyapa guratan garis wajahnya
sesaat bibirpun mencoba tuk menahan keharuan senyuman hati yang menggoda
dan ketika bertegur sapa menjadi kembali terasa indah,
maka kertas dan buku itu menjadi terasa menyatu dalam kekhusyuan masa lalu
namun ketika cahayaNya menyinari kalbu,
serentak buku itu menutup erat kertas-kertas yang mencoba menyatu dalam keusangannya
dan hari ini, biarlah kertas dan buku itu hanya tertulis dalam sebuah prasasti memori,
bahwa ada hati yang sempat saling menyapa,
walau tak sempat menyatu sekedar dalam sebuah bait keindahan cerita asmara ...
0 comments:
Post a Comment