tentang aku dan debu

Posted by Nuke1992 | 0 comments»

aku sekedar debu,
yang kecil dan tak nampak dari kejauhan
yang ringan dan mudah tertiup angin
yang abu-abu dan mengotori raga

aku sekedar debu,
yang dapat menutupi pandangan makhluk
yang dapat memberatkan langkah kaki
yang dapat menyajikan fatamorgana sesaat

dan aku pun sekedar debu,
yang sangat lemah dan dapat terserap musnah oleh air hujan yang menyejukkan ...

Tjirebon, 20 Maret 2013

tentang ruang rindu dan lima kurva

Posted by Nuke1992 | 0 comments»


di atas roda dalam genggaman malam
benakku bergulir ramah menyapa lima kurva
warna dan bentuk lekukannya berujar tentang kerinduan menepiskan sepi
dan titik-titik yang melukiskannya mengisyaratkan banyak makna

sesaat aku terhanyut dengan rona wajah pada sisi kota
semu merahnya bagai keluguan bidadari menjemput secuil rasa,
yang tak mampu mengimbangi kilauan biru langitnya gejolak hidup

hingga warna-warni lukisan kurva itu menepi pada satu titik

... dan lagi ...
titik itu bukanlah singularitas
titik itu bukan pula ledakan dahsyat
titik itu sekedar isyarat makna tanpa kekuatan berbagi dalam keikhlasan

lalu aku terhenti pada sudut kota itu
aku kembali mencoba menghitung hembusan nafas pada lima kurva itu
ketika lingkaran khilaf tak tertembus cahaya
maka menggulirkan butiran air mata terasa menjadi penyejuk hati,
dan tertunduk sunyi kembali menjadi teman sepi ...

[Bogor: when 2007 comes true]

kemana ibu? mana ibu ...?

Posted by Nuke1992 | 0 comments»

bu ...
ibu di mana?
pagi ini kan ibu biasanya sudah menyiapkan nasi putih, tempe goreng, dan sambel terasi buat aku koq ibu ga ada sih?

bu ...
ibu di mana?
sebelum ke sekolah, ibu kan selalu menyisir rambut aku memberi pesan indah sebelum ke sekolah agar aku menjadi anak yang soleh dan cerdas
tapi koq ibu ga ada? ibu ke mana?

bu ...
ibu di mana sih?
kalau ibu tidak ada, siapa yang siang nanti menanti aku di depan rumah?
siapa pula yang nanti mengganti seragam merah putih aku dengan kaos dan celana main yang biasanya sudah ibu siapkan?
ibu koq diam saja?

bu ...
ibu ke mana sih?
nanti malam siapa yang bisa gantikan ibu, membaluri tubuh aku dengan minyak bawang agar aku tidak panas dalam lagi siapa pula yang menyiapkan teh tubruk sebelum aku tidur agar bisa aku minum di tengah malam.
ibu kan mengerti sekali aku tidak boleh minum es, jadi teh tubruk itu bisa dingin seperti es ketika tengah malam nanti aku minum ...
lalu kalau ibu tidak ada, siapa nanti yang menyiapkan?

bu ...
aku rindu ibu,
kalau aku lagi mimisan, siapa coba yang nanti nyiapin daun suruh buat aku agar mimisannya cepet berhenti ...

bu,
nanti sore aku mau main bola lagi dengan sahabat baikku yang selalu jadi pasangan striker
ibu kan tahu, kita berdua selalu juara klo lagi ada turnamen bola
masih inget ga bu?,
klo kebetulan kami kalah di pertandingan, ibu selalu memberi pesan indah agar aku dan dia selalu semangat,
agar pertandingan berikutnya kami bisa menang lagi, dan kembali menjadi juara

dan kalau kami berselisih tentang penampilan kami di lapangan,
ibu selalu menenangkan kami, agar tidak saling menyalahkan
ibu selalu bilang: "tidak ada kemenangan tanpa kesatuan hati, tidak ada kemenangan dengan perselisihan, tidak ada kemenangan tanpa saling menghargai, dan tidak ada kemenangan dengan saling menciderai"

tapi sekarang, siapa yang bisa kasih nasihat itu bu?
aku ingin selalu juara bersama dia

lalu siapa pula yang nanti yang nyipain obat demam ketika main bola hujan turun deras dan aku sakit?
ibu kan tidak pernah marah walau aku selalu bandel tidak indahkan pesan ibu agar jangan main bola ketika hujan apalagi ada petir menggelegar

ibu selalu ingin agar aku tidak cidera, tapi aku tetap saja bandel ...
dan ibu selalu memberikan senyuman menyejukkan di depan pintu, memelukku, dan menyiapkan lesehan makan sore sambil kembali memberikan pesan-pesan indah yang menentramkan tentang rahasia kehidupan:
bahwa rahasia kehidupan adalah keikhlasan,
bahwa hidup harus selalu berbagi,
bahwa hidup sekedar perjalanan pulang, untuk kembali berkumpul dengan Sang Pemilik Kehidupan kita ...

bu ...
aku sungguh sangat lelah bu
aku butuh ibu ada
aku butuh ibu hadir
jika ibu tidak ada, melalui siapa lagi Tuhan menghadirkan kasih dan sayangNya kepadaku?

yang aku tahu, hanya ibu yang begitu tulus menghadirkan kasih sayang dengan penuh nilai-nilai keikhlasan, tanpa pamrih
yang selalu mengerti aku, slalu memelukku, menjagaku ...
slalu mengingatkanku bahwa aku dulu terjaga kuat dalam rahimmu

bu ...
ibu hadirlah bu ... walau hanya sejenak
jangan tinggalkan aku bu
setidaknya, ketika malam nanti aku bermimpi kembali bertemu denganmu, peluk eratlah aku ...
ibu jangan hanya tersenyum dari kejauhan
aku mengerti, senyum ibu itu karena mengerti bahwa aku sedang diuji dalam kehidupan
senyum ibu itu karena yakin bahwa aku pasti mampu melalui ujian itu
tapi aku benar-benar lelah bu ...

jika ibu sudah merestui aku hadir di bumi
aku ingin restu bumimu selalu ada dalam setiap ruang waktuku
dalam setiap kesedihan dan kebahagiaan yang selalu mensucikan aku dari debu dunia ...

ibu janji ya ...
nanti malam ibu akan memelukku?
berjanji tetap menjagaku, hingga aku menemuimu kembali di taman surga kelak ...

[dari anakmu yang sangat lelah dan begitu merindukanmu]

tentang kausalitas

Posted by Nuke1992 | 0 comments»


namamu lelah menghampiri tanda
batinmu menjerit merangkai duri
nafasmu tersengal merangkul api
otakmu mendidih terpanggang logika

wahai daging yang lemah
debumu tak mampu kau isyarati pada setiap bisikan yang menyesatkan
dan jika hati terkunci bumi
langit menghitam tak mampu menyapa jiwa yang mengayun lemah

wahai butrian pasir yang terluka
kamu menutup ruang nurani dengan tirai
hingga cahaya begitu lelah menyeruak masuk mencerahkan dinding-dingding kusammu

kamu menari begitu memabukkan
seakan lupa bahwa kamu sedang dalam perjalanan pulang

tangan dan kakimu bergerak tak berarah
mulutmu komat kamit membaca mantra hitam membusukkan hati yang berontak melepaskan rantai-rantai noda yang semakin menjerat kuat,
dan kamu berulangkali congkak pada keikhlasanmu

ingatlah ketika suara langit berujar:
hati tak cukup bersih tanpa urat nadi
dan urat nadimu tak berdenyut pada keteraturan alam yang selalu bertasbih mengingatkanmu

wahai jiwa yang bersih
sempurnakan sisa hidupmu dengan kesungguhan menjemput cahaya
tak usah pedulikan pembisik-pembisik yang senantiasa mengitarimu
sebab mereka begitu sombong pada kehadiranmu,
dengki melihatmu hadir dari kemuliaan dan akan pulang dengan kemuliaan pula ...

cegahlah suatu masa yang dapat hadir menghanguskanmu
karena kamu sedang lupa tentang kenyataan menipu yang akan menjadi sebab bagimu ....
jangan biarkan hati terlanjur lelah ketika kamu menjumpai gerbang asalmu ...
karena istanamu belum tentu seindah dulu ...

[Nukes, pada sebab yang menghadirkan akibat]