Nak,
maafkan ayah yang belum mampu menghadirkan kedamaian
maafkan ayah yang belum mampu menghadirkan kebahagiaan
maafkan ayah yang belum mampu menghadirkan canda tawa dalam masa kecilmu
maafkan ayah juga ya nak, yang belum mampu hadir sepenuhnya dalam hari-harimu
Nak,
ayah sekedar ingin, kamu bisa menata masa depan yang lebih baik dari ayah ketika sesusiamu dulu
ayah tak ingin kamu menggenapkan masa-masa hidupmu dengan penuh kesusahan
ayah ingin kamu bisa lebih mudah menjalani hidup ...
tak disibukkan oleh hari-hari yang bukan tugasmu saat ini ...
kamu cukup belajar, menemukan ilmu-ilmu yang akan menjaga hidupmu
walau demi kamu, ayah seringkali tak dapat membedakan matahari dan bulan
malam seringkali menjadi siang dan ayah tak sempat menikmati siang untuk menjadikannya malam
Nak,
jika suatu saat nanti ayah tutup usia,
ayah ingin kamu mencukupkan mengambil sisi baik dari ayah
bencilah sisi buruk ayah yang dapat mencelakakan hidupmu
ayah titip, belajarlah untuk selalu bersabar ...
lekatkan nilai-nilai keikhlasan dalam hidup ...
tetaplah berbagi untuk sesama walau mereka sering mengabaikan dan menyakitimu
sebab ayah dan kamu diberi kesempatan hadir di dunia, bukan untuk sendiri, namun ditemani sekelilingmu yang mewarnai keindahan hidup ...
jadilah prasasti ayah yang mencerahkan sebanyak mungkin sesama ya nak ...
[dari ayahmu yang masih dhaif]
Aisyah,
menantimu hadir bagai menahan rembulan tuk berhenti mengitari bumi
menunggumu pulang seakan menuai bayangan tuk dapat tergenggam
Aisyah,
ketika purnama berulang kali hadir dalam sepinya malam,
rupa indahnya seakan berujar tentang uangkapan penyesalannya yang tak mampu mengajakmu kembali singgah menapak kaki di bumi
Aisyah,
esok hari mentari kembali bersinar menghangatkan bumi,
namun kembali tak mampu mencerahkan kerinduan ini
esok hari sang embun kembali bergulir menyejukkan hamparan tanah,
namun kilatan kristalnya tak jua mampu menghadirkan kesepian hati kami
Aisyah,
masih teringat kuat ketika senyum kerinduan akan kehadiranmu menjadi bukan sekedar mimpi ketika nafas wangimu menjemput dunia
masih terngiang pula ketika tangis indahmu menyeruak menggemakan alam seakan menjadi simponi indah yang mengiringi rasa syukur kami
dan ...
ketika hari-hari menjadi lebih berwarna dengan kehadiranmu,
tiba-tiba engkau memilih mengalah tuk bersegera pamit menemui keindahan surga ...
malam ini ...,
seharusnya kami menemanimu terlelap tuk menanti pagi ketika engkau menggenapkan usiamu
namun ternyata kami hanya mampu menyertaimu dalam mimpi
kami merindukanmu Nak ...
merindukan tangisan indahmu
merindukan senyuman manismu
merindukan memelukmu dalam lelap tidurmu
Aisyah,
malam ini ayah, bunda dan aa hanya bisa berkumpul mengenangmu ...
mengenangmu ketika sempat hadir bersama kami
mengenangmu ketika engkau kembali pulang
dan mengenangmu ketika terakhir kali kami menemanimu kembali ke bumi dalam damai
Aisyah,
walau esok hari engkau tak lagi hadir, namun yakinlah kami kan slalu menyatu dengamu ...
dan walau kami tak mampu lagi menggapaimu kecuali dalam mimpi-mimpi kami,
tetaplah menjadi penyeimbang kehidupan kami dengan selaksa makna kehadiranmu ...
tetaplah menjadi kembang nan indah di surga ya Nak ...
hingga ayah, bunda dan aa kembali menemanimu dalam taman surga itu ... selamanya ...
[dari Ayah buat Aisyah: dalam kerinduan yang mendalam]