menantimu hadir bagai menahan rembulan tuk berhenti mengitari bumi
menunggumu pulang seakan menuai bayangan tuk dapat tergenggam
Aisyah,
ketika purnama berulang kali hadir dalam sepinya malam,
rupa indahnya seakan berujar tentang uangkapan penyesalannya yang tak mampu mengajakmu kembali singgah menapak kaki di bumi
Aisyah,
esok hari mentari kembali bersinar menghangatkan bumi,
namun kembali tak mampu mencerahkan kerinduan ini
esok hari sang embun kembali bergulir menyejukkan hamparan tanah,
namun kilatan kristalnya tak jua mampu menghadirkan kesepian hati kami
Aisyah,
masih teringat kuat ketika senyum kerinduan akan kehadiranmu menjadi bukan sekedar mimpi ketika nafas wangimu menjemput dunia
masih terngiang pula ketika tangis indahmu menyeruak menggemakan alam seakan menjadi simponi indah yang mengiringi rasa syukur kami
dan ...
ketika hari-hari menjadi lebih berwarna dengan kehadiranmu,
tiba-tiba engkau memilih mengalah tuk bersegera pamit menemui keindahan surga ...
malam ini ...,
seharusnya kami menemanimu terlelap tuk menanti pagi ketika engkau menggenapkan usiamu
namun ternyata kami hanya mampu menyertaimu dalam mimpi
kami merindukanmu Nak ...
merindukan tangisan indahmu
merindukan senyuman manismu
merindukan memelukmu dalam lelap tidurmu
Aisyah,
malam ini ayah, bunda dan aa hanya bisa berkumpul mengenangmu ...
mengenangmu ketika sempat hadir bersama kami
mengenangmu ketika engkau kembali pulang
dan mengenangmu ketika terakhir kali kami menemanimu kembali ke bumi dalam damai
Aisyah,
walau esok hari engkau tak lagi hadir, namun yakinlah kami kan slalu menyatu dengamu ...
dan walau kami tak mampu lagi menggapaimu kecuali dalam mimpi-mimpi kami,
tetaplah menjadi penyeimbang kehidupan kami dengan selaksa makna kehadiranmu ...
tetaplah menjadi kembang nan indah di surga ya Nak ...
hingga ayah, bunda dan aa kembali menemanimu dalam taman surga itu ... selamanya ...
[dari Ayah buat Aisyah: dalam kerinduan yang mendalam]
0 comments:
Post a Comment