Jakarta,
aku menemuimu ketika pagi merindukan siang
tak sengaja aku menjemputmu,
hanya sekejap akal dan hati ini berontak pada jiwa tak tenang yang lalai menyapa keletihan keikhlasanku
dalam kesederhanaan fikirku, kamu tak lebih dari lorong panjang berpancar cahaya terang
Jakarta,
menjelang terik pada rentang masa bersamamu tlah banyak menggoreskan gambar hidup pada jiwa pencarian
aku bagai musafir ilmu yang tak kuasa menahan lekuk indah kehidupanmu dan kerling nakal mata hatimu yang nyatanya tlah kusam
hingga aku bagai tenggelam dalam sorak sorai lautan suara,
seakan membisikkan tajam yang membisingkan pada perlombaan kehidupan
kadangkala, nyanyian rindu tentang kedamaian mengisyaratkan jiwa agar kembali pada kerendahan hati
namun gelombang gemerlap lampu dunia begitu menyilaukan mata hati hingga seakan aku kehilangan waktu yang berlari begitu kencang meninggalkan keterbatasan berfikirku
Jakarta,
jika suatu saat aku tlah kembali,
ku tak ingin menyisakan satu sisi jiwa yang melemahkanku menghempas jatuh ke bumi
ku ingin sisi jiwaku sepenuhnya melayang ke langit indah walau malam masih menghitamkan birunya
dan jika aku tlah memeluk sepi,
cukupkanlah aku tuk sekedar memandang sedikit goresanmu pada lukisan hidupku
agar aku bijak memaknai kehadiranmu, tuk mengindahkan damai hati pada sisa nafas hidupku ...
0 comments:
Post a Comment